Waspada ! Ternyata tak Hanya Kelamin, Infeksi Sifilis Juga Menyerang Otak

Waspada ! Ternyata tak Hanya Kelamin, Infeksi Sifilis Juga Menyerang Otak
Ilustrasi. Kebangkitan kritis: fisikawan telah menemukan bukti transisi fase berkelanjutan dalam aktivitas otak. (Poto: Courtesy: Shutterstock / Phonlamai)

Kepri, Forumpublik.com -- Sifilis adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri spiroset Treponema pallidum sub-spesies pallidum. Rute utama penularannya melalui kontak seksual; infeksi ini juga dapat ditularkan dari ibu ke janin selama kehamilan atau saat kelahiran, yang menyebabkan terjadinya sifilis kongenital. 

Raja singa atau sifilis ini penyakit menular seksual yang sangat berdampak fatal bagi kesehatan yang menimbulkan kerusakan pada otak dan jantung, daya ingat menurun, mengalami kelumpuhan, dan terjadi masalah pada keseimbangan tubuh, seperti dikutip dari hellosehat, Sabtu (07/09/19).

Gejala sifilis diawali dengan munculnya luka yang tidak terasa sakit di area kelamin, mulut, atau dubur.

Tanda dan gejala sifilis bervariasi bergantung pada fase mana penyakit tersebut muncul (primer, sekunder, laten, dan tersier). 

Fase primer secara umum ditandai dengan munculnya chancre tunggal (ulserasi keras, tidak menimbulkan rasa sakit, tidak gatal di kulit), sifilis sekunder ditandai dengan ruam yang menyebar yang seringkali muncul di telapak tangan dan tumit kaki, sifilis laten biasanya tidak memiliki atau hanya menunjukkan sedikit gejala, dan sifilis tersier dengan gejala gumma, neurologis, atau jantung. 

Namun, penyakit ini telah dikenal sebagai "peniru ulung" karena kemunculannya ditandai dengan gejala yang tidak sama. Diagnosis biasanya dilakukan melalui tes darah; namun, bakteri juga dapat dilihat melalui mikroskop. Sifilis dapat diobati secara efektif dengan antibiotik, khususnya dengan suntikan penisilin G (yang disuntikkan untuk neurosifilis), ataupun seftriakson, dan bagi pasien yang memiliki alergi berat terhadap penisilin, doksisiklin atau azitromisin dapat diberikan secara oral.

Melansir dari CNN, Sabtu (07/09/19),Seorang pria didiagnosis menderita infeksi sifilis pada otak setelah 'lumpuh' selama berbulan-bulan. Penyakit menular seksual yang langka ini didahului oleh ketidakmampuan pria untuk berjalan dan berbicara dalam hitungan bulan.

Kasus yang menimpa pasien berusia 50 tahun itu dilaporkan dalam Bristish Medical Journal Case Report.

Tiga bulan sebelum mencari pengobatan, pasien dilaporkan kehilangan keseimbangan dan kemampuan untuk berkoordinasi. Kedua matanya juga dilaporkan terganggu. Dia juga mengalami kesulitan untuk berbicara dan mendengar.

Mengutip Fox News, hasil pemeriksaan MRI menemukan, pria memiliki kerusakan pada otak kecil. Bagian otak satu ini salah satunya berfungsi sebagai pengontrol keseimbangan tubuh.

Pemeriksaan lebih lanjut mengungkapkan bahwa pasien juga terinfeksi Treponema pallidum. Nama terakhir merupakan bakteri penyebab sifilis.

Sifilis merupakan penyakit menular seksual yang menyebar melalui kontak langsung dengan luka yang terinfeksi. Mengutip Healthline, jika tak diobati, maka penyakit akan berkembang menjadi neurosifilis atau infeksi sifilis pada otak sebagaimana yang terjadi pada pasien.

Neurosifilis merupakan penyakit pada sistem saraf, khususnya otak dan sumsum tulang belakang. Tak main-main, penyakit ini dapat mengancam jiwa.

Penyakit ini cenderung berkembang sekitar 10-20 tahun setelah infeksi awal dengan bakteri. HIV dan sifilis yang tidak diobati adalah risiko utama neurosifilis.

Neurosifilis asimptomatik adalah yang paling umum. Tak ada tanda-tanda atau rasa sakit yang dialami penderita pada tahap ini. Sementara penderita neurosifilis meningeal umumnya mengalami kehilangan penglihatan dan pendengaran.

Pada tingkat yang lebih lanjut, neurosifilis meningovaskular berisiko memicu serangan stroke setelah beberapa bulan terinfeksi. Sekitar 10-12 persen pasien mengembangkan bentuk yang satu ini.

Dalam jangka waktu panjang, sifilis akan berkembang menjadi paresis dan tabes dorsalis. Keduanya membutuhkan waktu yang lama untuk berkembang.

Tabes dorsalis diketahui memengaruhi sumsum tulang belakang dengan gejala hilangnya kemampuan koordinasi dan keseimbangan, masalah penglihatan, serta rasa sakit pada beberapa bagian tubuh.

Beberapa cara bisa dilakukan untuk mendiagnosis infeksi sifilis pada otak. Dokter umumnya akan melakukan pemeriksaan fisik, tes darah, pemeriksaan sumsum tulang belakang, dan CT scan.

Lihat juga:

(Fp/Cnn)

0 comments:

Post a Comment