Disabilitas Internasional: Catatan Menuju Indonesia Inklusi dan Disabilitas Unggul

Disabilitas Internasional:  Catatan Menuju Indonesia Inklusi dan Disabilitas Unggul
Ilustrasi. 'Indonesia Inklusi, Disabilitas Unggul' yang digaungkan pada Hari Disabilitas Internasional 2019 dirasa masih sulit untuk dicapai selama diskriminasi masih ada. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Jakarta -- Forumpublik.com | Keterbatasan menghambat Vicente Martiano (36) mendapatkan pekerjaan. Seorang penyandang disabilitas ini tak bisa mendaftar kerja.

Masalah yang dialami Vicente hanya satu dari banyak hambatan para difabel untuk menuju 'Indonesia Inklusi, Disabilitas Unggul', sebagaimana tema yang diusung pada Hari Disabilitas Internasional 2019. Peringatan Hari Disabilitas Internasional dirayakan pada 3 Desember saban tahun.

"Kelihatannya masih jauh untuk mencapai tema itu. Pemerintah masih setengah-setengah, belum melibatkan disabilitas secara utuh," kata Vicente yang juga merupakan pejuang penyandang disabilitas, usai menemui Wakil Presiden Ma'ruf Amin, kepada CNNIndonesia.com, Selasa (3/12).

Menurut Vicente, inklusi dan disabilitas yang unggul dapat tercapai ketika semua masyarakat Indonesia beradab, setara, dan tanpa diskriminasi.

Vicente yang aktif dalam sejumlah organisasi disabilitas ini menilai, saat ini masih terdapat banyak diskriminasi untuk penyandang disabilitas, terutama dalam penerimaan kerja.

"Diskriminasi yang menonjol adalah sistem penerimaan pegawai, masih sama dengan non disabilitas. Harusnya berdasarkan vokasi," tutur Vicente yang aktif di Indonesia Amputee Football (INAF) ini.

Menurut Vicente, para penyandang disabilitas sebenarnya memiliki kemampuan untuk melakukan sebuah pekerjaan. Namun, keterbatasan pendidikan masih menjadi hambatan.

"Banyak teman-teman penyandang terkendala pada pendidikan formal. Namun, secara keahlian mereka sudah mengikuti banyak pelatihan," kata Vicente

Selain pekerjaan, Vicente juga menyebut para penyandang disabilitas masih membutuhkan ruang dan tempat mengaktualisasi diri yang lebih banyak.

Tak hanya soal minimnya penerimaan kerja, para difabel, dinilai Vicente, juga harus menyoroti masalah transportasi publik yang belum ramah disabilitas.

"Jalan raya, trotoar hanya sebatas visual, tapi tidak sesuai dengan kebutuhan disabilitas," ujar Vicente.

Menurut Vicente, untuk menciptakan inklusi dan disabilitas yang unggul, maka pemerintah, masyarakat, dan berbagai pemangku keputusan lainnya harus saling bersinergi membuat kebijakan dan sarana yang ramah disabilitas.

Lihat juga:
Evaluasi 5 Tahun Kabinet Kerja: Efek Jokowi dan Cita-cita Kiblat Fesyen Muslim 2020

(CNNIndonesia/ptj/asr)

0 comments:

Post a Comment