Urusan Produksi Baterai Lithium, Indonesia Masih Kalah dari Argentina

Urusan Produksi Baterai Lithium, Indonesia Masih Kalah dari Argentina
Pabrik pertama Argentina untuk baterai lithium akan mulai beroperasi pada bulan September, dengan menggunakan logam yang diekstraksi secara lokal oleh perusahaan Amerika Serikat (AS) Livent Corp. (Foto: Dok. Livent)

JAKARTA - Forumpublik.com | Baterai Lithium memiliki proses produksi menggunakan metode sederhana untuk sintesis material aktifnya, serta dapat didaur ulang sehingga lebih ramah lingkungan dan menekan biaya produksi.

Selain itu, baterai Lithium juga memiliki performa yang baik karena densitas energi lebih tinggi dari baterai lainnya, aman, dan umur pakai panjang. Oleh karena itulah, baterai Lithium sangat andal untuk dipakai dalam sistem penyimpanan energi dan kendaraan listrik.

Sebab itu, Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan hingga 23 persen di tahun 2025 sehingga potensi pasar untuk baterai Lithium sangat besar.

Untuk sektor industri dan energi grid, baterai dapat dipakai untuk sistem penyimpanan energi portabel, energi terbarukan, dan penyimpanan energi stasioner. Ada juga potensi besar di sektor alat elektronik, konsumsi, dan transportasi.

Menurut laporan Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), total produksi litium di seluruh dunia diestimasikan mencapai 130.000 metrik ton pada 2022. Jumlah itu meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang sebanyak 107.000 metrik ton.

Saat ini, Australia merupakan negara produsen litium terbesar dunia dengan produksi mencapai 61.000 metrik ton. Angka itu setara 46,92% dari total produksi litium global pada tahun lalu.

Posisi kedua diduduki oleh Chili yang memproduksi sebanyak 39.000 metrik ton litium. Kemudian, Tiongkok di posisi ketiga dengan memproduksi litium sebanyak 19.000 metrik ton. Argentina dan Brasil dengan produksi litium masing-masing sebanyak 6.200 metrik ton dan 2.200 metrik ton.

Baca : Ahli Bongkar Sebab Gelombang Radio yang Terus Datang dari Luar Angkasa

Pabrik pertama Argentina untuk baterai lithium akan mulai beroperasi pada bulan September, dengan menggunakan logam yang diekstraksi secara lokal oleh perusahaan Amerika Serikat (AS) Livent Corp, yang akan memasok lithium karbonat. Kabar ini disampaikan oleh pejabat pertambangan pada akhir pekan kemarin.

YPF Tec, cabang teknologi dari perusahaan energi mayoritas milik negara Argentina YPF (YPF), telah mengumumkan bahwa pabrik baterai litiumnya akan mulai beroperasi pada bulan April, dan telah mencapai kesepakatan dengan perusahaan pertambangan Livent, yang akan memasoknya dengan lithium untuk menghasilkan sel baterai.

Tanaman tersebut, yang pertama dari jenisnya di Amerika Latin, terletak di La Plata, di provinsi Buenos Aires Argentina.

Pabrik, yang disebut UNILIB, selesai tahun lalu menyusul kesepakatan dengan Universidad Nacional de la Plata, dan merupakan yang pertama di Amerika Latin yang akan memproduksi sel baterai lithium, dan yang akan digunakan untuk baterai stasioner untuk penyimpanan energi.

Menurut Linvent, yang telah beroperasi di Argentina sejak tahun 1990-an, ia berupaya untuk “mendorong transisi matriks energi di Argentina menuju energi bersih” melalui pengembangan dan produksi lokal baterai ion-lithium.

“Penting bagi kami untuk memiliki lithium karbonat untuk membuat perusahaan yang telah melibatkan penelitian ilmiah selama lebih dari 12 tahun menjadi kenyataan,” kata Roberto Salvarezza, presiden Y-TEC, kutip dari halaman Bloomberglinea, Minggu, (3/7/2023).

Livent telah sepakat pada awal tahun ini untuk memasok lithium ke pabrik baru, yang dikembangkan oleh Y-TEC, sebuah unit perusahaan minyak negara Argentina YPF.

"Kami akan mulai memproduksi sel baterai lithium-ion pertama di negara ini," kata Presiden Y-TEC, Roberto Salvarezza dalam sebuah pernyataan.

Ia mencatat bahwa baterai yang akan diproduksi menggunakan lithium karbonat yang diekstraksi oleh Livent di Argentina utara. Argentina sendiri merupakan produsen lithium terbesar keempat di dunia dan telah banyak menarik investasi.

Bersama dengan Chili dan Bolivia, tiga negara Amerika Selatan ini dijuluki 'segitiga lithium', yang memegang harta logam ultra-ringan terbesar di dunia.

Material ini menjadi sangat penting dalam produksi baterai. Menteri Pertambangan Argentina, Fernanda Avila berharap, hal ini akan menjadi contoh untuk proyek-proyek lithium di masa depan.

"Pengembangan pasokan di sekitar kegiatan penambangan adalah prioritas bagi pemerintah kami," ungkapnya.

Baca juga:
Langkah Lanjutan Kominfo Usai Peluncuran Satelit Republik Indonesia
Berikut Komitmen Pemerintah Perbaiki Tata Kelola Industri Kelapa Sawit
Luhut Uji Coba Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Kecepatan Maksimum 385 Km/Jam
Terbesar Se-Asia Tenggara, Presiden Resmikan "Groundbreaking" Pabrik Foil Tembaga di Gresik
Ahli Temukan Cara Memperbesar Memori Otak

Editor: Rianto


0 comments:

Post a Comment