Jual Tambang Batu Bara, Mantan Bankir Peroleh Bonus Langka Senilai Rp46 Triliun

Jual Tambang Batu Bara, Mantan Bankir Peroleh Bonus Langka Senilai Rp46 Triliun
Unsur langka bumi Neodimium, praseodimium, dan dysprosium yang ditemukan National Energy Technology Laboratory milik Departemen Energi Amerika Serikat (AS) dan ahli geologi di Weir International, Inc., perusahaan Atkins, Ramaco Resources di Tambang Brook milik Atkins. (Foto: The Wall Street Journal)

JAKARTA - Forumpublik.com | Seorang mantan bankir Wall Street Randall Atkins, membeli tambang batu bara, namun dia mendapat lebih dari sekadar satu jenis unsur tambang langka.

Atkins Pada 2011, membeli sebuah tambang di luar Sheridan, Wyoming, tanpa melihatnya secara langsung. Ia akan menjual batu bara kepada perusahaan pembangkit listrik.

Melansir The Wall Street Journal, Selasa (14/11/2023), National Energy Technology Laboratory milik Departemen Energi Amerika Serikat (AS) dan ahli geologi di Weir International, Inc., perusahaan Atkins, Ramaco Resources ternyata menemukan bahwa di tanah milik Atkins terdapat lebih dari sekadar batu bara yang bisa ditambang.

Pada bulan Mei, Ramaco mengumumkan bahwa Tambang Brook milik Atkins mengandung salah satu deposit unsur bumi jarang, tak lazim terbesar di AS. Nilai tambang tersebut diperkirakan mencapai 37 miliar dollar AS atau sekira Rp47 triliun.

"Harga ini jauh lebih tinggi sekitar 2 juta dollar AS atau sekira Rp32 miliar saat ia beli," kata Ramaco.

Ramaco pun memulai operasi tahun ini, menjadikannya salah satu dari dua tambang unsur bumi jarang yang saat ini beroperasi di negara itu.

Baca: Anggota Kongres AS Kunjungi Presiden Jokowi Tingkatkan Kerja Sama

Apa itu Unsur Bumi Jarang (REEs)?

Neodimium, praseodimium, dan dysprosium hanyalah beberapa dari REEs yang ditemukan di Tambang Brook milik Atkins, menurut siaran pers perusahaan.

Berada di tengah-tengah tabel periodik, logam-logam ini memiliki sifat seperti fluoresensi, magnetisme, dan konduktivitas. Hanya ada 17 unsur dari total 118 unsur dalam tabel periodik yang dianggap sebagai REEs.

"Unsur bumi jarang digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk produk kaca khusus, pembuatan baja, baterai," kata Patty Webber dari Survei Geologi Negara Bagian Wyoming kepada Wyoming Public Radio. Logam-logam ini juga digunakan untuk pembuatan laser dan senjata.

Dari tahun 2018 hingga 2021, sekitar 74 persen REEs di AS diimpor dari China, seperti dilaporkan oleh Reuters. Dan impor tersebut tidak murah.

Pada tahun 2021, AS mengimpor senilai USD160 juta senilai senyawa dan logam unsur bumi langka. Itulah mengapa pemerintah AS mendorong untuk menambang REEs di dalam negeri daripada mengandalkan impor. Pada awal tahun ini, Gedung Putih mengumumkan rencananya untuk berinvestasi USD32 juta dalam proyek unsur bumi jarang dan mineral lainnya di dalam negeri.

Apa yang dikatakan kritikus?

Seringkali, REEs ditemukan bercampur dengan unsur lain, termasuk beberapa yang bersifat radioaktif . Memisahkan dan menyucikannya memerlukan proses yang intensif dan menghasilkan limbah yang dapat merugikan lingkungan.

Sebagai contoh, deposit unsur bumi jarang dapat terjadi dalam kobalt dan unsur mineral lainnya, "dan zat-zat ini harus diretas, dihancurkan, dan digiling sebelum Anda bisa memulai prosesnya," kata Atkins kepada The Sheridan Press awal tahun ini.

Tambang Brook dianggap sebagai deposit tak lazim karena unsur bumi jarangnya berada di sekitar batu bara, lebih dekat ke permukaan tanah. Itu seharusnya membuat ekstraksi lebih murah dan tidak memerlukan penggunaan asam kaustik.
Namun, Powder River Basin Resource Council (PRBRC) khawatir. Mereka telah melawan Ramaco selama bertahun-tahun, ketika perusahaan itu masih berencana menambang batu bara. Warga khawatir bagaimana keberadaannya dapat memengaruhi kualitas udara dan air, menurut Wyoming Public Radio.

Dengan rencana tambang beralih ke unsur bumi jarang, PRBRC sepertinya masih memiliki kekhawatiran. "Ini adalah perusahaan yang mencari cara untuk membuat nilai dari sesuatu yang mereka beli bertahun-tahun yang lalu, dan mereka hanya belum menemukan cara yang tepat untuk mendapatkan keuntungan," kata Shannon Anderson, pengacara PRBRC. "Dan jadi, inilah upaya lainnya."

Baca juga:
Urusan Produksi Baterai Lithium, Indonesia Masih Kalah dari Argentina
Nasa Temukan Penyebab Termosfer Bumi Capai Suhu Tertinggi Dalam 20 Tahun Terakhir
Ahli Bongkar Sebab Gelombang Radio yang Terus Datang dari Luar Angkasa
Langkah Lanjutan Kominfo Usai Peluncuran Satelit Republik Indonesia
Ahli Temukan Cara Memperbesar Memori Otak
Berikut Komitmen Pemerintah Perbaiki Tata Kelola Industri Kelapa Sawit

(Tonang)

0 comments:

Post a Comment