Luhut dan Bahlil: Sumber Daya Alam Indonesia, Nilai Tambah Bagi Investor

Luhut dan Bahlil: Sumber Daya Alam Indonesia, Nilai Tambah Bagi Investor
Menko Luhut didampingi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dan Duta Besar RI untuk Jerman Arif Havas Oegroseno diterima Daniel Schönfelder, VP of Business Management at BASF Battery Materials Europe saat mengunjungi kantor pusat salah satu perusahaan kimia terbesar di dunia, BASF pada hari Rabu (27/11/19). (Photo: Kemenko Maritim/Forumpublik.com)

Jakarta -- Forumpublik.com | Menko Maritim dan Investasi mengatakan Indonesia yang kaya akan sumber daya alam merupakan nilai tambah untuk berbisnis di Indonesia.

“Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai bijih nikel kadar rendah atau limonite (dengan kandungan nikel 0,8-1,5 persen) yaitu bahan baku untuk memproduksi baterai lithium ion. Sekitar 70-80 persen komponen utama kendaraan listrik yaitu baterai lithium ada di Indonesia,” kata Menko Luhut saat mengunjungi kantor pusat salah satu perusahaan kimia terbesar di dunia, BASF pada hari Rabu (27/11/19).

Menko Luhut didampingi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dan Duta Besar RI untuk Jerman Arif Havas Oegroseno diterima Daniel Schönfelder, VP of Business Management at BASF Battery Materials Europe.

Menurut Mr. Schönfelder perusahaannya saat ini adalah salah satu pemain utama sebagai produsen baterai mobil listrik.

“Elektrifikasi kendaraan saat ini sedang berlangsung terutama di kawasan Uni Eropa. Walaupun pangsanya masih kecil, tetapi diperkirakan akan tumbuh subur karena semakin banyak konsumen memilih produk yang berkelanjutan dan ramah lingkungan,” kata Mr. Schönfelder.

Menurutnya, perusahaan tersebut akan menambah proporsi nikel pada produksi baterai kendaraan listrik mereka untuk meningkatkan performanya.

Investasi

Menko Luhut merespon dengan mengatakan berbagai komponen pendukung pembuatan mobil listrik ada di Indonesia dan Indonesia juga yang memiliki cadangan nikel terbesar di dunia. Untuk itulah Menko Luhut mengundang BASF untuk berinvestasi di Indonesia.

Menko Luhut mengungkapkan, pemerintah kini sedang bertransformasi dari ekspor yang berbasis komoditas menjadi ekspor barang dengan nilai tambah.

“Puluhan tahun kami hanya mengekspor bahan mentah, diolah di luar negeri lalu diimpor lagi ke Indonesia. Sekarang kami ingin merubahnya, diolah di Indonesia agar ada nilai tambah bagi masyarakat,” jelasnya.

Ketika ditanya tentang kemungkinan tingginya biaya terkait lingkungan hidup, menurut Menko Luhut, Presiden telah memerintahkan untuk setiap kebijakan yang dibuat harus memikirkan nasib generasi yang akan datang. Dia memastikan tidak akan membuat kebijakan yang merusak lingkungan.

“Jadi jika Anda ingin berbisnis dengan harga yang kompetitif, logistik yang murah, sambil membantu kami menekan angka kemiskinan, serta ramah lingkungan datanglah ke Indonesia,” ujarnya.

Biaya Murah

Menko Luhut mencontohkan di Indonesia harga listrik dari hydro power ini bisa dengan hanya 2-4 sen per kilowatt hour.

“Kemungkinan setelah 20 tahun, harganya bisa turun hingga di bawah 2 sen per kilowatt hour. Bandingkan dengan tetangga kita Australia yang juga punya hydro power tetapi lokasi nya ditengah, sehingga biaya transportasinya lebih mahal. Di Jepang dan Cina juga masih lebih mahal,” jelasnya.

Badische Anilin- und Soda-Fabrik (BASF) didirikan pada tahun 1865, produk-produk BASF terbagi menjadi lima bidang bisnis, bahan kimia, produk khusus, bahan dan solusi fungsional, solusi pertanian, dan minyak dan gas. Pada 2017, penjualan global BASF sekitar 64,5 miliar euro.

Lihat juga:

Biro Perencana dan Informasi Kemenko Maritim
Editor: Sugiarto

0 comments:

Post a Comment