Penyebab Laki-laki Lebih Rentan Terserang Virus Corona

Penyebab Laki-laki Lebih Rentan Terserang Virus Corona
Ilustrasi: Sebagian besar pasien yang terjangkit virus corona jenis baru adalah laki-laki. (Photo: Usatoday/Liz Szabo)

Jakarta
-- Forumpublik.com |
Mayoritas pasien yang terinfeksi Novel Corona Virus Wuhan (2019-nCoV) merupakan laki-laki. Ada sejumlah alasan yang menyebabkan laki-laki lebih rentan terkena virus corona ketimbang perempuan.

Berdasarkan data Komisi Kesehatan China hingga Kamis (6/2/20), penyebaran virus corona sudah mencapai 28.254 di seluruh dunia dengan total kematian di seluruh dunia mencapai 565 orang.

Rata-rata usia pasien yang terjangkit Virus Corona adalah antara 49 hingga 56 tahun, menurut data yang dirilis the Journal of the American Medical Association.

Laki-laki juga dilaporkan lebih banyak menjadi pasien dibandingkan perempuan, seperti diungkapkan Centers for Disease Control and Prevention (CDC).

Dalam satu studi yang menganalisis 425 pasien dengan pneumonia dan dikonfirmasi terinfeksi virus corona baru, sebanyak 57% dari mereka adalah laki-laki, melansir dari BBC, Sabtu (08/02/20).

Sebanyak dua pertiga dari kasus virus corona itu terjadi pada laki-laki. Dokter spesialis paru Erlina Burhan menyebut terdapat beberapa alasan yang membuat laki-laki lebih mudah terserang virus corona.

Melansir dari CNNIndonesia, "Dari jurnal yang ada, memang lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan. Ada beberapa kemungkinan," kata Erlina dalam diskusi Mundhipharma Indonesia di Jakarta, Kamis (6/2).

Pertama, studi menunjukkan laki-laki memiliki lebih banyak reseptor virus dibandingkan perempuan. Reseptor merupakan tempat virus berkembang biak lalu menyerang tubuh. Di manusia reseptor virus terdapat di saluran pernapasan dan saluran cerna.

Kedua, menurut Erlina, laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas dengan mobilitas tinggi sehingga kemungkinan terpapar virus corona lebih besar dibandingkan perempuan.

Ketiga, virus corona mulai mewabah di Wuhan dan sejumlah kota di China yang merupakan negara dengan penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Tercatat, rasio laki-laki dibandingkan perempuan yang lahir di China pada 2015 mencapai 113,5 bayi laki per 100 bayi perempuan. Di beberapa provinsi bahkan tercatat mencapai 130 bayi laki-laki.

Keempat, menurut Erlina, laki-laki lebih banyak merokok dibandingkan perempun. Merokok, kata dia, dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh menurun sehingga lebih rentan terkena virus corona.

Baca juga:
Nike dan Adidas Tutup Toko di China, Akibat Imbas dari Corona
Pemulangan WNI dari Wuhan, Dikarantina 14 Hari di Natuna
Bea Cukai Ikuti Keputusan Pemerintah akan Dampak Virus Corona


Sebelumnya, pada kasus wabah akibat Virus Corona lainnya, yakni SARS di tahun 2003, pasien laki-laki lebih banyak meninggal dibandingkan pasien perempuan.

Data dari Maret hingga 22 September 2003, kasus kematian laki-laki mencapai 21,9% sementara perempuan 13,2%, menurut data American Journal of Epidemiology.

Begitu pula dengan penyakit yang disebabkan virus corona lainnya, MERS sebagaimana disebut dalam penelitian di tahun 2014.

Dari 425 kasus yang dianalisis, kasus MERS pada laki-laki mencapai 62%, sementara perempuan sebanyak 38%.

Sebelumnya, pada kasus wabah akibat Virus Corona lainnya, yakni SARS di tahun 2003, pasien laki-laki lebih banyak meninggal dibandingkan pasien perempuan.

Data dari Maret hingga 22 September 2003, kasus kematian laki-laki mencapai 21,9% sementara perempuan 13,2%, menurut data American Journal of Epidemiology.

Begitu pula dengan penyakit yang disebabkan Virus Corona lainnya, MERS sebagaimana disebut dalam penelitian di tahun 2014.

Dari 425 kasus yang dianalisis, kasus MERS pada laki-laki mencapai 62%, sementara perempuan sebanyak 38%.

Graphic showing how the virus spread inside China

Tingkat kematian pasien laki-laki juga lebih tinggi (52%) dibandingkan perempuan (23%).

Dalam kasus akibat virus corona baru, pasien laki-laki juga lebih banyak.

Ahli mikrobiologi dari LIPI, Sugiyono Saputra, mengatakan itu mungkin terjadi karena imunitas bawaan laki-laki.

"Kemungkinan karena reseptor virus tersebut lebih banyak di laki-laki. Kalau reseptornya nggak cocok kan virus nggak akan menempel," ujarnya.

Faktor-faktor eksternal, seperti kebiasaan merokok, juga bisa menentukan, ujarnya.

Sementara, dalam kasus SARS, peneliti menyimpulkan perbedaan gender dalam tingkat kematian SARS tidak diketahui penyebabnya.

"Kami berspekulasi itu bisa terkait dengan definisi kasus penyakit SARS yang tidak seragam, pengobatan yang berbeda, riwayat merokok di masa lalu, faktor lingkungan kerja, atau faktor kekebalan spesifik gender, misalnya," ujar para peneliti itu.

Lihat juga:
Cegah Penyelundupan, Bea Cukai Indonesia dan Singapore Police Coast Guard, Jaga Perbatasan Laut
Menkeu Dalam Mandiri Investment Forum: Omnibus Law Diharapkan Tingkatkan Investasi
Pesan Wamenkeu: Pahami Konstelasi Perbankan dan Geopolitik
Ini Stimulus Fiskal untuk Percepat Pembangunan Sektor Properti
'Kurangi Pengangguran' Pemerintah Anggarkan Kartu Pra-Kerja Rp10 Triliun
Bea Cukai Ikuti Keputusan Pemerintah akan Dampak Virus Corona

Sumber: BBC/CNNIndonesia
Editor: Tonang

0 comments:

Post a Comment