Peneliti Indonesia Nurjati Siregar, Temukan Parasit Malaria Bersembunyi di Limpa

Peneliti Indonesia Nurjati Siregar, Temukan Parasit Malaria Bersembunyi di Limpa
Ilustrasi. Nyamuk Anopheles betina (freeborni) penyebab malaria. (Foto: James Gathany/CDC)

JAKARTA - Forumpublik.com | Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman mengatakan hasil penelitian yang dilakukan Eijkman dan rekannya menunjukkan sejumlah besar parasit malaria ternyata bersembunyi di organ limpa. Penelitian ini sekaligus membantah penilaian selama ini bahwa limpa sebagai organ yang menghancurkan parasit malaria dan dihindari oleh parasit.

Penelitian itu membuktikan bahwa sejumlah besar parasit malaria bersembunyi di limpa manusia yang secara aktif mampu berkembang biak dalam siklus hidupnya. Itu merupakan terobosan baru bagi pemahaman mengenai patogenesis malaria yang belum pernah diketahui sebelumnya.

Penelitian yang dipimpin oleh mahasiswa doktoral Indonesia, Steven Kho di Menzies School of Health Research (Menzies) Australia bersama- sama dengan Dr. Rintis Noviyanti, Dr. Nurjati Siregar dan Dr. Leily Trianty, dan tim peneliti di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Jakarta serta Dr. Putu Ayu Indrashanti Wardani di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di Timika, serta Dr. Enny Kenangalem dan Dr. Jeanne Rini Poespoprodjo, dan tim peneliti malaria di Yayasan Pengembangan Kesehatan dan Masyarakat Papua (YPKMP) menemukan bahwa pada penyakit malaria kronis, jumlah parasit dapat mencapai ratusan hingga ribuan kali lebih tinggi di organ limpa daripada yang ditemukan di peredaran darah.

"Hal ini menjadikan limpa sebagai lokasi di mana parasit malaria vivax dapat berkembang biak dengan mudah," ujar Nurjati mengutip Instagram LBM Eijkman, Rabu (3/6/2021).

Para peneliti menjelaskan malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit Plasmodium falciparum, P.vivax, P.malariiae, P.ovale, dan P.knowlesi. Penyakit itu ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina.

"Temuan kami telah mendefinisikan ulang siklus hidup malaria. Malaria kronis harus dianggap terutama sebagai infeksi limpa, dan hanya sebagian kecil yang beredar di dalam darah," kata Dr. Kho.

Baca juga: Biden Batalkan Larangan Trump Terhadap Transgender yang Bertugas di Militer AS

Akumulasi parasit di limpa ditemukan pada malaria yang disebabkan dua spesies Plasmodium utama yaitu Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax, tetapi terutama terlihat pada infeksi Plasmodium vivax, di mana lebih dari 98 persen dari semua parasit dalam tubuh bersembunyi di limpa.

Dr. Siregar yang merupakan Kepala Unit Histologi dan Transmission Electron Microscopy (TEM) Lembaga Eijkman, mengatakan penelitian tersebut juga menemukan bahwa limpa manusia mengandung sejumlah besar sel darah merah yang sangat muda, yang disebut retikulosit.

Berdasarkan data, malaria diklaim telah mempengaruhi 228 juta orang di dunia dan menyebabkan lebih dari 400 ribu kematian per tahun.


Sebelum adanya penelitian terbaru, parasit malaria hanya diketahui masuk ke aliran darah. Parasit itu diperkirakan beredar dan berkembang biak hanya di dalam darah. Hasil penelitian baru, parasit malaria ternyata dapat secara aktif berkembang biak dalam sikul hidupnya di limpa manusia.

Dalam gambar mikroskopi jaringan limpa, para peneliti melihat adanya P.vivax pada sel jaringan limpa. Siklus hidup P.vivax diklaim dapat diobservasi dari cincin, tropozoit, skizon, dan gametosit.

"Selain siklus hidup P.vivax, siklus hidup P.falciparum juga dapat diobservasi di jaringan limpa," kata para peneliti.

Dalam penelitian itu, peneliti menyatakan penderita malaria kronis bisa memiliki jumlah parasit malaria mencapai ratusan hingga ribuan kali lebih tinggi di organ limpa daripada yang ditemukan di peredaran darah.

Mahasiswa doktoral dari Menzies School of Health Research sekaligus pimpinan peneliti, Steven Kho menilai penelitian itu memberi pemahaman tentang patogenesis malaria yang belum pernah diketahui sebelumnya.

"Temuan kami telah mendefinisikan ulang siklus hidup malaria. Malaria kronis harus dianggap terutama sebagai infeksi limpa, dan hanya sebagian kecil yang beredar di dalam darah," ujar Steven.

Di sisi lain, peneliti LBM Eijkman Leily Truanty yang juga terlibat dalam penelitian itu menyampaikan pihaknya juga menemukan bahwa beberapa orang dengan sejumlah besar parasit di limpa tidak memiliki parasit di dalam darahnya.

"Ini yang gharus mendapatkan perhatian jika kita ingin melakukan program eliminasi malaria," ujar Leily.

Peneliti LBM Eijkman Rintis Noviyanti menuturkan program eliminasi malaria yang mengandalkan tes darah secara massal hanya mengobati individu dengan infeksi yang terdeteksi.

"Tetapi mungkin tidak dapat mendeteksi semua infeksi pada populasi di mana malaria terjadi," ujar Rintis.

Lebih dari itu para peneliti mengingatkan pemberantasan malaria membutuhkan kerjasama yang terintegrasi antar pihak. Penelitian biologi parasit malaria lanjutan dinilai akan membantu menjawab berbagai pertanyaan yang timbul terkait dengan mekanisme patogen untuk terhindar dari sistem pertahanan tubuh inang.

Penemuan terbaru terkait dengan malaria telah dipublikasikan di jurnal ilmiah New England Journal of Medicine dan PLOS Medicine.

0 comments:

Post a Comment