Cegah Gerakan Ekstrimisme, PII Pasuruan Gelar Kegiatan Inspiring Students, "Risalah Moderasi Agama"

Cegah Gerakan Ekstrimisme, PII Pasuruan Gelar Kegiatan Inspiring Students, "Risalah Moderasi Agama"
PII Pasuruan, saat melaksanakan kegiatan bertajuk “Inspiring Students” dengan tema "Risalah Moderasi Agama" di New Gazebo Restaurant, Bangil, Kamis (29/09/2022). (Foto: Dio S/Forumpublik.com)

PASURUAN (JATIM) - Forumpublik.com |
Pelajar Islam Indonesia (PII) Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur (Jatim), melaksanakan kegiatan bertajuk “Inspiring Students dengan tema "Risalah Moderasi Agama" di New Gazebo Restaurant, Bangil, Kamis (29/09/2022).

Kegiatan ini mengundang Ketua Umum PW Pelajar Islam Indonesia (PII)Jawa Timur Faza Fatiyurobbani, Eks Napiter Wildan dan Mudir Speam Pasuruan Dadang Prabowo.

Wildan yang menjadi salah satu narasumber kegiatan tersebut menceritakan, semasa aktifnya dia di gerakan ekstrimisme pada tahun 2010, maraknya perang di suriah pada tahun 2010, 2011, 2015, sehingga ia berkeinginan untuk menjadi relawan.

"Kemudian saya dikenalkan oleh teman, kepada ustad. 2013, wisuda dan saya berangkat ke suriah. Di suriah hamper 1 tahun," ungkap Wildan.

Wildan menuturkan bahwa hari pertama di suriah, ia sudah di kagetkan dengan bombardier, termbak-menembak.

"Setelah 2 minggu, saya dikirim ke latihan militer selama beberapa bulan. Di camp itu, saya diajari dengan berbagai merek senjata, mulai dari AK4, M16, A1 dsb, serta diajari beberapa peledak. Setelah pelatihan selesai, saya di tugaskan sebagai tim evakuator yg bertugas untuk evaksuasi penduduk sipil yang terkena bombardir pesawat," kata Wildan.

Ia menceritakan, menyaksikan banyak korban yang berjatuhan, menggendong anak kecil yang kepalanya hilang.

"Saya pasukan bom mobil, tapi alhamdulillah tidak jadi, dan dipindah ke bagian lain," ucap Wildan.

"Banyak peperangan yang telah saya lewati. Korban banyak berjatuhan. Pada 2014 saya kembali ke Indonesia. Ketika kembali di Indonesia menjadi orang yang paling bersyukur, karena di sini tidak ada peperangan, bombardier, dan menjadi negara yang relative aman," tuturnya.

"Pada tahun 2016 dengan sangat terpaksa dari pihak Densus 88 Anti Terror menyekolahkan saya ke Lembaga Pemasyarakatan (LP) Jombang, dengan vonis 5 tahun penjara dan menjalani 3 tahun 9 bulan," ungkapnya.

Baca juga: Keluarga Korban KRI Nanggala-402 Terima 53 Unit Rumah Khusus

Dari pengalamannya tersebut, semua hal tersebut menjadi pelajaran yang sangat berharga. Sehingga ia berpesan pada peserta yang masih mengecam dunia pendidikan dan di vase pencarian jati diri, sering galau dan ingin ikut ikutan hits, masih cintanya sama teman.

"Hal tersebut adalah wajar, dalam usia kalian. Nah yang tidak wajar itu adalah teman yang mengajak kearah pemberontakan dalam artian melakukan perlawanan dengan atas dasar jihad, dan disini adalah negeri yang aman. Ketika seseorang mengajak berjihad untuk membunuh orang lain. Hanya karena potongan-potongan ayat yang mungkin dia sendiri tidak paham. Sehingga yang disasar adalah orang yang seperti ini. Jadi, tugas kita untuk menjaga perdamaian, adalah tugas yang sangat sulit," katanya.

"Karena sasaran terorisme bukan hanya orang-orang yang berpendidikan tinggi tetapi juga orang setelah lulus, dan juga ada anak seusia 15 tahun yang sudah bisa bikin bom. Jadi pola teroris hari ini sudah masuk ke ranah setingkat SMP. Teman teman berkewajiban untuk menjaga temannya agar tidak terpengaruh atau terjerumus ke hal-hal yang berbau terorisme," harapnya.

Pada kesempatan tersebut, Faza Ketua PW PII Jatim mengatakan, bahwa Islam Wasatiyah adalah islam yang mengajarkan toleransi dan selalu menghargai orang lain.

"Sehingga perlu di dukung dengan berbagai agenda agar tidak membuat internal PII mudah terpengaruh dengan paham ekstremisme," ucapnya.

Faza juga menambahkan bahwa ketika kita berteman dan tujuan kita baik, kita harus membangun hubungan itu dengan siapapun, tanpang memandang agama.

"Jadi kita melihatnya dengan persamaannya, contoh: sama sama anak Indonesia, kemudian apa yang bisa kita kolaborasikan. Para founding father itu sudah merumuskan dasar, yang biasa disebut dengan Pancasila. Kita harus memaknai 5 sila yang sudah ada, bukan hanya dihafalkan, tapi juga harus meresapi dan memaknai," kata Faza.

Ust. Dadang Prabowo memperkuat bahwa gerakan atau paham radikalisme itu mudah dilihat dari perilaku seseorang yang suka mengkafir-kafirkan orang lain.

"Mereka juga menganggap bahwa nilai utama dari Islam adalah jihad yang dimaknai dengan peperangan, sehingga tindakan mereka sangat dekat dengan kekerasan," pungkas Ust Dadang.

Lihat juga:
Beri Pemulihan Psikologis, Mensos Risma Temui HN Remaja Korban Pemerkosaan dan Perundungan
Nasir Abbas: Jaringan Ansharut Khilafah Harus Diwaspadai di Madura
Wakapolda Jatim, Kasdam V Brawijaya dan Rektor UIN Malang Apresiasi Aliansi Mahasiswa Nasional Gelar Vaksinasi
Kejagung Tetapkan Dirjen Kemendag dan 3 Tersangka Lainnya Mafia Korupsi Minyak Goreng, Ini Modusnya
Pro Kontra Pemecatan Dokter Terawan, SKPPHI: Ada Momentum Terbentuknya Organisasi Dokter Tandingan

Penulis: Dio S

0 comments:

Post a Comment