Jatam: Kandungan Minyak Bocor Pertamina Ancam Biota Laut

Jatam: Kandungan Minyak Bocor Pertamina Ancam Biota Laut
Pertamina menyatakan hingga 7 Agustus 2019, total ceceran minyak mentah di pesisir pantai atau shoreline yang berhasil dikumpulkan telah mencapai 1.047.386 karung atau seberat 4.915 ton dengan estimasi oil spill content per karung maksimal 10 persen. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Jakarta, Forumpublik.com -- Koordinator Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Merah Johansyah mengatakan kandungan minyak yang berasal dari kebocoran minyak tumpah milik Pertamina di perairan Karawang, Jawa Barat mengandung senyawa Polycyclic Aromatic Hydrocarbon atau Polisiklik Aromatik Hidrokarbon.

Menurut Merah, setidaknya ada tiga dampak yang bakal dirasakan masyarakat sekitar ketika terpapar kandungan itu. Pertama, udara akan tercemar akibat bau menyengat yang timbul dari senyawa dan bakal mengganggu pernapasan.

"Kandungan minyak yang menyebar di permukaan laut Karawang itu Polycyclic Aromatic Hydrocarbon. Ada tiga dampak, pertama paparan udara karena bau menyengat dari senyawa itu bisa mengganggu paru-paru warga sekitar," kata Merah kepada CNNIndonesia saat dihubungi melalui sambungan telepon, Kamis (15/8).

Kandungan senyawa Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (Polisiklik Aromatik Hidrokarbon) sendiri merupakan senyawa organik yang tersebar luas di alam dan bentuknya terdiri dari beberapa rantai siklik aromatik dan bersifat hidrofobik.

Senyawa ini juga dapat menghasilkan tumor pada tikus dalam waktu singkat meskipun hanya sedikit yang dioleskan pada kulit tikus.

Dampak lainnya jika kulit menyentuh senyawa Polisiklik Aromatik Hidrokarbon, kulit akan terasa panas serta gatal-gatal. Selain itu, menurut Jatam ekosistem tanaman mangrove yang tumbuh di sekitar perairan pun terancam mati.

"Kalau senyawa itu menyentuh kulit, efek kulit terasa panas dan gatal-gatal. Lalu, ada tanaman Mangrove yang terancam mati karena daunnya akan menghitam," tutur Merah.

Jatam pun menaruh perhatian kepada pencemaran minyak yang dikhawatirkan akan menumpuk di terumbu karang. Sehingga mengancam kelangsungan hidup biota laut di dalamnya serta ekosistem terumbu kerang.

Pencemaran Minyak Pengaruhi Kualitas Air Laut

Senada dengan Merah, Juru Kampanye Laut Greenpeace Indonesia Arifsyah menyebut pencemaran minyak itu dapat mempengaruhi penurunan kualitas perairan laut dan pesisir serta jenis ikan yang ada di sana.

Maka dari itu, Greenpeace Indonesia mendorong kementerian terkait untuk segera menangani tumpahan minyak di perairan Karawang agar tidak menimbulkan dampak yang lebih luas.

"Dalam jangka pendek akan sangat berpengaruh terhadap penurunan kualitas perairan laut dan pesisir, jenis ikan-ikan di wilayah pesisir, dan kerang-kerangan termasuk kepiting bakau mengalami kematian," tulis Arifsyah melalui pesan singkat yang diterima CNNIndonesia, Kamis (15/8).

Arifsyah mengungkapkan dalam jangka pendek dan jangka panjang, kesehatan masyarakat wilayah yang terkena dampak perlu menjadi perhatian.

"Kemenkes dan jajaran kesehatan Pemda harus turut serius melihat dampaknya," sambungnya.

Menurut National Service, selain biota laut yang terancam mati, kelangsungan hidup burung ketika ingin membersihkan diri di laut dapat meracuni tubuh mereka.

Ketika terpapar dengan minyak, ikan dewasa bakal mengalami penurunan pertumbuhan, hati membesar, perubahan pada jantung dan tingkat pernapasan, erosi sirip, dan gangguan reproduksi. Selain itu, minyak juga dapat mempengaruhi telur dan kelangsungan hidup larva.

Penanganan Tumpahan Minyak di Laut

Sementara Sciencing mencatat biaya keseluruhan dan tantangan untuk membersihkan tumpahan minyak sangat besar. Sebab tumpahan minyak itu dapat terjadi di mana saja misal di lautan atau dekat daratan.

Biaya yang dikeluarkan pun akan lebih mahal ketika lokasi tumpahan minyak menyebar ke lokasi lainnya. Salah satu metode yang banyak digunakan untuk mengurangi sebaran minyak adalah pengenalan mikroorganisme.

Metode itu dapat dilakukan untuk menggiring minyak ke permukaan dan berubah menjadi zat yang hampir mirip seperti gel. Namun, kelemahan dari metode ini adalah sejumlah bakteri diciptakan untuk memecah hidrokarbon.

Saat sebagian besar tumpahan minyak dipecah, bakteri pindah ke bahan lain yang mengandung hidrokarbon. Selain itu metode pengenalan mikroorganisme juga dapat menyebabkan polusi udara.

Minyak yang tumpah di perairan Karawang, Jawa Barat tersebut berhasil dari Offshore North West Java (ONWJ) milik Pertamina di bibir pantai Cilamaya, pesisir utara Karawang, Jawa Barat.

VP Relations PHE Ifki Sukarya menyatakan hingga saat ini, PHE ONWJ selaku operator Blok ONWJ telah melakukan pengeboran sumur baru YYA-1RW dengan kedalaman sekitar 624 meter dari target 2.765 meter.

"Kami akan mengontrol sumur YYA-1 melalui sumur baru YYA-1RW ini, sehingga nanti bisa secepatnya menutup sumur agar tidak lagi menumpahkan minyak," ujar Ifki dalam keterangan resmi, dikutip Jumat (9/8).

Menurut Ifki, sumur baru dibor secara miring menuju lokasi lubang sumur YYA-1 hingga mencapai titik kedalaman tanah tertentu untuk menutup sumur YYA-1. Pengeboran sumur baru itu telah dimulai sejak Kamis (1/8) pukul 14.00 WIB atau dua hari lebih cepat dari jadwal semula.

Baca Juga:
Di Era Konvergensi Media, Kabid Humas Kemendagri Paparkan Peran Humas
Perpres Program Kendaraan Listrik, Pabrikan Wajib RnD di Indonesia
Memahami 5 Energi Alternatif untuk Menghasilkan Listrik
Pelanggaran Data Pribadi, LBH Jakarta Beberkan Klasifikasi 4 Kasus
Ahli Arkeologi Galilea Temukan Gereja Purba Para Rasul Dekat Laut Galilea

(CNN/BBs)

0 comments:

Post a Comment